085-330-534-4880

Info@kangarief.com

Get Update on our recent Gadgets & Tabs

Sunday 2 August 2015

Bulan Biru Itu Tak Benar-benar Berwarna Biru

Meski populer dengan sebutan "bulan purnama biru", bulan sebenarnya tak benar-benar berwarna biru. Istilah ini secara tak sengaja merujuk pada munculnya bulan purnama dua kali pada satu bulan yang sama.

Fenomena bulan biru atau blue moon kembali terjadi pada Juli 2015. Setelah purnama pertama pada 2 Juli, lalu muncul lagi pada Jumat, 31 Juli.

Bulan biru . Lintas.me
Dijelaskan di situs Earth Sky, istilah blue moon awalnya ingin menunjukkan bahwa bulan purnama kedua dalam bulan yang sama, atau purnama keempat dalam triwulan, adalah sesuatu yang jarang terjadi.

Kata itu berasal dari frasa "Once in a blue moon..." yang berarti jarang atau absurd, namun sama sekali tak terkait ilmu astronomi. Philip Hiscock, ahli cerita rakyat dari Memorial University of Newfoundland, mengisahkan awal mula penggunaan istilah ini di dunia astronomi di situs Space.com.

Menurutnya, istilah itu pertama digunakan pada 1946 oleh seorang astronom amatir bernama James Hugh Pruett (1886-1955). Ia menulis di majalah Sky & Telescope, bahwa bulan purnama kedua bernama Blue Moon. 

Pruett merujuk Almanak Petani Maine, yang menggunakan istilah bulan biru sebagai bulan ketiga dalam triwulan yang memiliki empat purnama. Normalnya, dalam satu triwulan hanya ada tiga kali purnama. 

Sejak itulah istilah bulan biru populer untuk bulan purnama kedua dalam satu bulan meski sebenarnya tidak tepat. Fenomena ini bukan sesuatu yang "langka", karena bisa terjadi dalam siklus 2,7 tahun atau sekitar 30 bulan.

Lalu apakah bulan bisa berwarna biru?

Mengutip situs NASA, bulan purnama kedua tetap berwarna abu pucat dan putih layaknya bulan saat malam hari. Terkadang juga terlihat kemerahan, seperti yang tampak dari Corfu, Yunani.

Bulan tak berubah warna saat fenomena ini berlangsung. Bulan tampak merah atau tampak biru, sebenarnya karena pengaruh atmosfer bumi. Bulan pernah tampak biru dari bumi, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda pada 1883.

Dahsyatnya letusan membuat atmosfer terpengaruh abu vulkanik yang tersebar luas. Saat itu, hampir semua orang di bagian bumi yang terdampak letusan Krakatau, melihat bulan seolah berwarna biru.

Berdasarkan penjelasan Space.com pada video di bawah ini, selain letusan gunung berapi, kebakaran hutan juga bisa menimbulkan efek serupa. Asap akan berfungsi seperti filter yang membuat bulan tampak seolah-olah berwarna biru.

No comments:
Write komentar

Hey, get continued updates via our facebook fanpage. You'll like it - https://www.facebook.com/kangariefc
Join Our Newsletter